Senin, 22 Maret 2010

Mat'am ( Tempat makan santri )

Mat’am berasal dari bahasa Arab, artinya restoran. Namun di pesantren Mat’am berarti tempat makan ( apa bedanya ya?? )

Biasanya jam makan dimulai setelah jam Shalat. Makan siang setelah Shalat Zuhur, Makan malam setelah Shalat Isya. bermacam2 taktik dan strategi, dipakai oleh para santri agar kebagian makan di Mat’am. Ada yang berlari kencang Laksana Cristiano Ronaldo yang sedang menggiring bola lalu mengambil piring kekamar kemudian berlari menuju Mat’am( kerja otot ). Ada yang membawa piring ke Masjid, dan menyimpanya di dalam baju agar tidak ketahuan Ustadz, Kemudian ketika Shalat selesai bisa lebih santai menuju ke Mat’am karena piring sudah ditangan ( kerja otak ). ada lagi yang tidak membawa piring sama sekali menuju mat’am.awalnya aku juga bingung atas cara mereka, ternyata mereka gawe dulu jadi pembagi nasi kepada antrian makan kemudian dapat jatah sisa ( kerja rodi ).

Masakan di Mat’am tetap menjadi favorit para santri walaupun masakanya aneh2. para santri menyebutnya ( 3 T ) tempe, tahu, teri. Yang paling unik adalah lele jabon, awalnya aku sangat antusias ketika mendengar kabar dari teman hari ini makan lele. Aku pun berlari sepulang Shalat zuhur mengambil piring dan menuju Mat’am. Ternyata ketika sampai di Mat’am aku sama sekali tidak menemukan lele, yang ada hanya terong yang dikasih sambel pecel lele, ketika ku tanyakan teman, ia menjawab HADZA LELE JABON YA SOHIBI sial padahal gak ada mirip2 nya. Bagi santri yang kaya bisa izin ke Munazzomah pengasuhan untuk keluar pondok dan makan direstoran Padang. Namun buat santri yang kere DL derita loe…cape deh.

Mat’am bisa lebih ramai daripada Prj kemayoran, apabila hari itu menu makanya Ayam. Antreanya panjang mirip antran BLT. Para santri rela sikut-sikutan untuk sampai antrean depan. Biasanya para santri junior ( santri Tsanawiyah ) paling cepat sampai antrian depan. mereka berlari kencang menuju Mat’am. Namun antrian yang terlihat harmonis ini harus dirusak oleh para senior( santri Aliyah ), mereka langsung nyelonong menuju antrean depan tanpa ragu2. para santri junior hanya bisa mengerutkan dahi gak berani memprotes atau pasrah( cape deh ).